Minggu, 30 Juni 2013

Aku bermunajat hanya padamu Ya Rob

Ya Allah, kini baru kusadari betapa dahulunya telah begitu jauh aku dihanyutkan oleh arus dosa dan gelombang kehinaan. Waktu itu aku masih berada dalam keraguan antara mengakui kebenaran Mu dengan tidak.  Akal yang Engkau berikan kepadaku  ternya ta tak mampu menerobos hakikat Mu dan menyelami  serta mengakui kebenai Mu.  Maafkankah aku. O, Tuhan jika aku pernah hampir tidak mempercayai kebenaran Mu hanya karena ratioku yang terbatas ini tidak mampu menjabarkannya. Keinginanku untuk mencari dan menemukan Mu dengan caraku sendiri ternyata tidak pernah terwujud menjadi kenyataan. Engkau tetap Engkau, sedangkan aku tetap aku. Kita tidak pernah berjumpa dalam cara yang kuingin kan. Waktu itu aku selalu bertanya  “Tuhan, dimanakah Engkau?”  Tetapi Engkau tidak pernah menjawab dengan cara yang kuinginkan pula. Alangkah sedihnya hati ku saat itu setelah tiada jawaban dari Mu. Aku menoleh ke kiri dan ke kanan,  tetapi apa yang terlihat olehku hanyalah alam yang tak mampu menjawab pertanyaanku. sekali lagi aku menangis tetapi air mataku tidak dapat menjawab pertanyaanku,
Waktu itu aku telah hampir ke hilangan akal dan hampir pula terputus asa untuk dapat menemukan Mu. Kepintaranku yang terbatas tidak berfungsi. Hanya perasaankulah yang berbicara menunjukkan dimana Engkau berada.  Aku menangis dalam kerinduan,  tetapi yang kurindukan tidak menghilangkan rasa rindu hatiku.
Ya Allah, ampunilah aku jika karena kabodohanku, hatiku pernah memberontak terhadap Mu, dan tidak menyetujui cara bekerja Mu  yang  tidak dapat kujabarkan dalain ratioku. Kini telah kusadani dosaku, ketika memaksaku untuk mewujudkan hasrat batiku yang belum tentu baik menunut Mu. Seakan-akan Engkau biarkan aku dalam derita dan dalam keinginan yang tak terwujud,  padahal Maha Suci Engkau dari anggapan keliruku itu. Perasaan keakuanku  telah menyebabkan aku tak dapat menilai MU dengan jujur dan sebenarnYa  sehingga jadilah aku menjadi hamba Mu yang durhaka yang tak tahu menghormati pencipta nya.
Ya, Allah, kini aku dalam ke sendirian.  Bahagia dan cinta akan Mu  masih belum menggantikan derita dan nestapa yang lebih banyak kurasakan. Bilakah dambaanku itu menjelma, Tuhan? Kemurahan Mu adalah harapanku, pengampunan Mu adalah doa ku. Berilah aku setetes kebahagiaan da ri rahmat Mu dalam menjalani  sisa-sisa hidupku!  Dengan setetes kebahagiaan itu,  aku akan lebih bergairah menghadapi  hari-hari  esok yang mungkin masih jauh dan mungkin telah dekat.
Ya Allah, kini aku telah menyesal setelah menyadari betapa banyak hari-hariku kulalui tanpa arti. Aku masih tetap menyesalinya walaupun telah berllu. Namun kini aku idak ingin itu kembali lagi. Kini Engkaulah yang kuinginkan berbuat, jika aku ingin berbuat, Engkaulah yang melangkah, jika aku ingin melangkah dan Eugkaulah yang berkat-kata , jika aku ingin berkata-kata. Telah aku buang jauh-jauh anggapan yang pernah lahir dari fikiranku, behwa akulah yang Iebih berhak menentukan diriku dari pada Engkau, Setelah menyadari bahwa anggapan itu ternyata keliru. Kini aku  merasa kuat, jika Engkau berada di sisiku dan merasa lemah jika Engkau telah menjauhiku.
Ya Allah, kalaulah dahulu aku mengeluarkan air mata hanya karena aku merasa telah tidak berdaya melawan kenyataan pahit yang kuhadapi atau karena sesuatu yang telah Engkau anugerahkan kepada ku Engkau tarik kembali, maka kini aku mengeluarkan air mata bukan karena itu lagi, Tuhan! Sekail lagi kukatakan, bukan! Kini aku mengeluarkan air mata hanyalah karena teringat akan dosa-dosa silamku yang jari - jari tanganku tak mampu menghitung banyaknya. Alangkah hinanya aku saat itu !.  O, pencipta  ‘Arasy  yang mulia!. O, pengatur segala yang ada !  demi kamuliaan dan keagungan Mu, biarlah mataku ini dibakar oleh neraka Mu kelak, jika maya ini menangis hanyalah karena telah tidak berdaya lagi menghadapi kenyataan pahit yang dihadapinya
Ya Allah, kini aku ingin tidak seharipun berlalu tanpa Mu. Aku yakin bahwa keampunan Mu lebih besar, jika dibandingka dengan dosa - dosa dan kesalahan-kesalahan ku.  Oleh karena itulah senantiasa kuhabiskan malam-malamku Untuk memobon keampunan Mu.
O, Pemilik ‘Arasy yang mulia !, mata kepala dan mata batinku telah melihat bahwa. dunia  ini hanyalah tempat sementara yang  penuh tipu daya, dan dimana aku pernah teperdaya olehnya. Waktu itu aku pernah mabuk dibuainya,  sehingga menganggapnya sebagai syurga yang akan mengabadikan kebahagiaan yang kudambakan. Tidak kuperdulikan akhirat karena ratioku yang sangat terbatas ini tidak dapat menjabarkannya sehingga timbulah anggapanku bahwa kehidupan di dunia hanyalah sebuah dongengan puba yang terjadi hanya di alam khayal. Tidak pernah waktu itu terlintas dalam fikiranku, bah wa akihrat itulah sebenarnya yang pantas dituju dan diimpikan. Ia abadi. Di dalamnya tidak terdapat lagi kepalsuan, keburukan, kesia-Siaan dan kehina  yang terdapat di alam fana ini. Keyakinanku, bahwa dunia ini adalah sandiwara yang melengahkan seperti firman Mu juga mengatakan demikian, dimana banyak manusia teperdaya olehnya sebagai mana banyaknya musafir di tengah padang pasir yang  terperdaya oleh fatamorgana yang dilihatinya semakin bertanbah setelah iebih  banyak menjalani hidup dan kehidupan di alam fana ciptaan Mu ini. Lindungi aku, ya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar